Mengenai Saya

saya adalah seorang mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia semester awal yang berasal dari kota Sumenep Madura, tepatnya di Kecamatan Batang-Batang, Desa Batang-Batang Daya RT04,RW 06. sekolah SD saya di SDN BATANG BATANG DAYA DUA, sedangkan selanjutnya saya bersekolah di MTs MIFTAHUL ULUM dan melnjutkan ke MAN Sumenep lulus tahun 2008. Untuk saran kritikan akan selalu kami tunggu di Email saya yaitu: materiku_materimu@yahoo.com dan via telpon 0341 9532288.

Kamis, 18 Desember 2008

MATEI TENTANG TEATER

ASAL USUL SEJARAH TERJADINNYA TEATER

teater atau drama terlahir dari sifat dasar manusia yang mengikuti gerak gerik hewan atau sesama, sejak saman purba teater atau drama sudah ada dimana orang orang pada zaman ter sebut selau mengadakan ritual sebelum berburuh mereka mengikuti tinkah laku dan gerak gerik hewan buruan mereka seiring perkembangan zaman gerak ter sebut di sisipkan lah dialog berupa mantra-mantra, lamakelamaan mereka pun memperlengkapi diri mereka dengan properti berupa tanduk dan kulit binatang untuk lebih meyempurnakan perannya sebagai binatang buruan atau pemburuh hingga abad pertengahan teater hanya bisa dinikmati kalangan istana karena dianggap sacral.


CARA MENBUAT NASKAH TEATER YANG BAIK

Membuat naskah teater yang bagus, tentunya menjadi impian setiap penulis naskah teater, tidak perduli apakah ia seorang senior, apa lagi seorang yunior.
Untuk mencapai taraf ini tidaklah mudah, karena anda harus melalui sekian prosedur atau perjalanan observasi yang panjang misalnya dengan banyak membaca karya-karya penulisan yang berbobot, observasi terhadap ragam kehidupan manusia dari berbagai kasta, budaya dan bangsa dengan segala corak dan romantika psikologinya. Ditambah lagi anda harus menguasai tehnik penulisan yang baik serta penguasaan perbendaharaan kata yang cukup mumpuni. Semuanya itu memerlukan proses pembelajaran. Jika anda berbakat, mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama anda sudah bisa menjadi penulis yang patut diperhitungkan Ada beberapa masukan yang mungkin berarti buat anda pada saat menulis. diantaranya :1. Perhatikan hubungan logis yang membentang dari awal cerita hingga akhir cerita. Jangan membuat arah perkembangan yang janggal, apalagi dengan menyisipkan adegan2 yang tidak perlu yang bertujuan hanya sekedar untuk membuat penonton tertarik, tertawa atau pun sekedar kagum, sebab biasanya tanpa disadari hal itu merupakan racun yang dapat membunuh kebenaran rangkaian keseluruhan cerita.2. Berusahalah merasakan emosi yang identik dengan beragam tokoh yang sedang anda gambarkan. Jadi bila anda menggambarkan tokoh A yang sedang marah, maka rasakanlah bagaimana rasa marahnya tokoh A tersebut (tentunya dengan sebab musabab yang tepat), demikian pula rasakanlah bagaimana emosional pada tokoh B yang menjadi obyek yang dimarahi. Demikian seterusnya.
Karena dengan demikian, maka anda akan secara otomatis tertuntun untuk menuliskan ungkapan-ungkapan dialog dan gambaran tindakan yang masuk akal, bagi tokoh-tokoh rekaan anda yang sedang melakukan adegan. Jangan seperti pada kebanyakan adegan film, teater panggung dan sinetron Indonesia yang sebagian 'sangat' besar : Janggal !!3. Bayangkan dengan jelas gambaran tempat dan situasi dimana anda menciptakan adegan antara para tokohnya agar anda lebih bisa merasakan sensasi emosional yang menyertai para tokoh rekaan anda. Jangan pelit untuk menambahkan rincian-rincian, walaupun nanti di dalam pementasannya semuanya akan didiskusikan kembali dengan interpretasi sutradara.4. Jangan membuat cerita menjadi terlalu variatif dengan berbagai plot karena hal itu tidak berguna dan cenderung membuat alur cerita menjadi tidak menarik dan membuat pusing para penonton.5. Utamakanlah untuk menggunakan kata-kata yang lebih bersifat umum dan jangan terlalu mencari variasi kata-kata yang tidak umum sehingga sulit untuk dimengerti (fenomena ini sering disalahartikan oleh para penulis yang tidak paham sebagai pemahaman yang berarti :keren, atau berkelas).Ingatlah pepatah yang mengatakan bahwa : "Seorang seniman sejati bicara dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti" (Stanislavski dalam buku : An Actor Prepares).6. Boleh saja membuat cerita yang bersifat fiksi atau futuristik asal jangan lupa memberikan benang merah yang tidak terputus dan tegas seperti di jelaskan pada semua point diatas.
Nah untuk sementara, itulah saran masukan dari saya. Saya sangat mendukung semangat anda untuk menulis, semoga sebentar lagi kita semua bisa menikmati karya-karya anda yang cemerlang.


ALIRAN ALIRAN DALAM DRAMA ATAU TEATER

Sebenarnya aliran drama atau aliran teater terbentuk atau dibedakan klasifikasinya sedemikian rupa di lihat dari ciri-ciri 'cara bermain' atau 'tipe akting' para aktornya di dalam sebuah kelompok teater tertentu. Beberapa diantaranya adalah :1. Aliran representatif.
Aliran jenis ini adalah aliran drama yang permainan aktingnya hanya menuruti 'warisan2' gaya berakting model lama. Akting jenis ini lebih mementingkan penampilan fisik dan menomorduakan penghayatan batin, bahkan sering kali perasaan tidak diperlukan sama sekali. Misalnya dalam kelompok-kelompok teater klasik atau kelompok drama tradisional, mereka bisa menyontohkan sepeti apa itu gatot Kaca, tetapi jiwanya belum menjadi seorang Gatot Kaca. 'Peristiwa-peristiwa' yang dialami sang Gatot Kaca pun nampaknya tidak menyentuh hati sang Gatot Kaca, kecuali ia hanya merespon secara fisik dengan gerakan terlatih yang pastinya sudah dibakukan dari zaman ke zaman dan hanya cukup disertai dengan gambaran-gambaran 'emosi palsu' yang sangat bersifat konvensional (misalnya: Mengembangkan tangan di dada tanda cinta, menggeram-geram sebagai tanda kemarahan, menggaruk-garuk kepala pada saat-saat krisis, melangkah lebar-lebar untuk menunjukkan keperkasaan, dsb). Aliran ini sering juga disebut dengan aliran konvensional. Yang kita hargai dari upaya mereka adalah karena mereka merupakan 'koleksi' dari ragam budaya bangsa.2. Aliran presentatif.
Aliran ini mulai menggali teori-teori mengenai seni berperan. Melakukan obervasi dan explorasi terutama dari segi psikologis seorang aktor (dan sang tokoh peranan). Lalu mempelajari bagaimana membangkitkan emosi seorang tokoh secara 'alamiah' dalam diri seorang aktor dan selanjutnya mempelajari bagaimana mengutarakannya dalam bentuk perwatakan yang artistik dan benar. Aliran ini terutama dikenal atau diperjelas melalui apa yang disebut sebagai 'metode Stanislavski' di dalam latihan-latihan seni berperan. Belakangan ini, semua unsur seni peran cenderung berkiblat kepada metode ini dan metode ini pulalah yang sudah sekian lama selalu dipakai oleh segenap aktor2 Hollywood , Hongkong dan sebagainya yang kualitasnya tentu bisa anda nilai sendiri.3. Aliran Absurd.
Aliran ini merupakan 'aliran pemberontakan'. Dimana mereka tidak mau terikat dalam aturan2 permainan drama dan bermain lepas sekedar mengikuti insting. Tetapi mereka lupa, bahwa insting tidaklah bisa dikuasai tetapi hanya bisa 'didekati' (dan akhirnya bisa masuk kedalamnya dengan cukup sempurna) justru melalui cara-cara seperti yang dilakukan oleh akor2 presentatif. 'Kemerdekaan pada keterikatan' yang mereka impikan justru dijerumuskan dengan cara-cara naif mereka sendiri yang tidak paham tentang arti pentingnya teori dalam seni berperan, sehingga ketika pada saat bermain, jika inspirasi sedang tidak berpihak kepada mereka, maka mereka tidak memiliki apa-apa untuk bisa mengantarkan atau mengembalikan mereka pada inspirasi pada saat terjadi gap atau 'kekosongan situasi'. Sebab kemerdekaan yang mereka inginkan ternyata lebih merupakan wujud dari keterikatan yang sangat menyiksa, yaitu keterikatan pada kenaifan yang mudah menggelincirkan.

Itulah secara singkat beberapa ciri-ciri paling umum dan besar yang dikenal di dunia seni peran hingga saat ini. Pada akhirnya, terserah kepada kemampuan seorang aktor untuk menilai secara tepat dimanakah ia akan 'mengkelaskan' dirinya di dalam seni yang mungkin paling kompleks ini.


PENGERTIAN DAN JENIS JENIS DRAMA

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.1. Drama Baru / Drama ModernDrama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.2. Drama Lama / Drama KlasikDrama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama KomediDrama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama TragediDrama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi KomediDrama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. OperaOpera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / DagelanLelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / OperetteOperet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. PantomimPantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. TablauTablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. PassiePassie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. WayangWayang adalah drama yang pemain dramanya adalah wayang.
11. Drama Tari Drama yang dibawakan dalam bentuk tarian dan biasanya dialognya dalam bentuk nyanyian, bisa bercerita tentang cerita pewayangan, legenda, kehidupan sehari hari ataupun cerita lainnya.

CONTOH CONTOH NASKAH TEATER YANG TERKENAL
1. TITIK TITIK HITAM Drama Satu Babak1956 Karya: Nasyah Djamin
2. PINANGAN Drama Komedi Satu Babak Karya Anton Chekov Saduran Suyatna Anirun
3. RADIASIKarya : Wong Dolim
4. SANG MANDOR Karya : Rahman ArgeSutradara: Heru subagiyoSupervisi: Eko “Ompong” SantosaSusannah Day
5. PENGAGUM BINTANG Karya : Dadi Reza Pujiadi
6. MONOLOG SUNGAI KARYA: Teater Garasi
7. MAK COMBLANG Adaptasi dari “ The Marriage “ Karya : Nikolai Gogol
8. LENA TAK PULANG Karya : Muram Batubara
9. KISAH CINTA DIHARI RABU karya: Anton Chekov
10. DUKUN DUKUNAN karya: Puthut Buchori
11. DRAMA REMAJA CALON ARANG Karya : Luthfi Rachman
12. BADAI SEPANJANG MALAM Karya Max Arifin
13. Arus Mimpi Perkotaan di Negara Bekas Jajahan Oleh: Primanto Nugroho
14. TIDAK LAIN DAN TIDAK BUKAN! (sebuah monolog) Karya : Yunis Kartika
15. TAWUR MUNYUK (PERANG MONYET) Oleh: Eko Ompong
16. SOROH Oleh: Eko Ompong
17. SANDAL JEPIT Karya : Herlina Syarifudin
18. SALAH SMS Karya : Paulus PN Simangunsong
19. PADA SUATU HARIKarya : Arifin C. Noor
20. NEGERI ABG Karya Puthut Buchori
21. DEWI MASYITOH Karya: Puthut Buchori
22. KEN AROKSebuah Sandiwara dalam 14 Babak Oleh Saini K.M
23. JOKO SEMPRUL Karya: Puthut Buchori
24. Parodi MataramanJENG MENUL Tulisan : Puthut Buchori
25. AUUUUU….ANJING Oleh: Eko Ompong
26. ARWAH-ARWAH Karya: W.B. YeatsTejemahan Suyatna Anirun.
27. NINA BOBO Karya: ROY AGUSTINUS
28. MENGGULUNG LAYAR Karya: ANGGI VELENTINATA GOENADI
29. KONGRES UNGGAS Karya: Apris
30. ANTING Karya: Imran Laha
31. PADANG BULANKarya: Ucok Klasta

Rabu, 17 Desember 2008

KETERAMPILAN BERBICA (RARETORIKA DAN BERBICARA EFEKTIF)

Dengan mulut kita dapat berbicara. Berbicara adalah merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.
Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan yang baik didalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.
Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal.
Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki ketermapilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
Disadari bahwa keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan megasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.
Pada dasarnya seorang pembicara yang handal adalah seseorang yang ketika ia berbicara, baik dalam komuniasi formal (presentasi, ceramah, dll.) maupun informal (pergaulan) memiliki daya tarik yang rhetoris (mempesona) dengan isi pembicaraan yang efektif (sistematis, benar/tepat, singkat dan jelas dengan bahasa yang tepat) sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dengan jelas dan tergugah perasaannya.
Singkatnya, semua orang apapun profesinya, bila didalam kegiatannya menggunakan komunikasi (pembicaraan) sebagai sarananya, maka ia perlu memiliki keterampilan berbicara, terlebih lagi sebagai seorang tenaga pendidik, penyiar, atupun profesi lainnya.

RHETORIKA
Salah satu dari sekian banyak jenis keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang adalah keterampilan berbicara atau seni berbicara. Hal ini menjadi penting bahkan sangat urgen, karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan bahwa kita dalam berinteraksi dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.
Nuansa ini memberikan aksentuasi kepada kemampuan manusia di dalam menggunakan lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasinya sehingga tujuan komunikasi tercapai. Di dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok tidak jarang ditemukan adanya kegagalan di dalam mencapai tujuan komunikasi. Hal ini disebabakan oleh adanya kekurangmampuan komunikator dalam mengaplikasikan secara lebih baik lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasi, atau mungkin juga disebabkan oleh faktor lainnya yang tidak/kurang menguntungkan bagi kondisi di saat berlangsungnya proses komunikasi tersebut.
Dari fenomena tersebut di atas maka seorang komunikator dalam profesi apapun yang menggunakan bahasa lisan sebagai media penyampaiannya, dipandang perlu membekali diri dengan suatu keterampilan atau seni di dalam berbicara atau dalam istilahnya “Rhetorika”.

a. Pengertian/Defenisi Rhetorika
Rhetorika dapat diartikan secara “etimologi” dan “terminologi”. Adapun hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Secara etimologi (berdasarkan asal kata), rhetorika berasal dari :
- Bahasa Latin (Yunani kuno) “Rhetorica” yang artinya seni berbicara.
- Bahasa Inggris “Rhetoric” yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara.
2. Secara terminologi (pengertian secara istilah) adalah :
Didalam bahasa Inggris rhetorika dikenal dengan istilah “The art of speaking” yang artinya seni di dalam berbicara atau bercakap. Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa rhetorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan tentang bagaimana caranya berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah perasaannya.
Sebagai bahan komparasi (pembanding) maka berikut ini ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang rhetorika yang diantaranya adalah :
1. Richard E. Young cs, mengatakan bahwa rhetorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertiandan kerjasama.
2. Socrates mengemukakan bahwa rhetorika mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dengan dialog kebenaran dapat timbul dengan sendirinya.
3. Plato mengungkapkan bawha rhetorika adalah kemampuan didalam mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna dan merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan sempurna.
4. Drs. Ton Kertapati mengartikan rhetorika sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapapun yang mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.
Kemampuan untuk menjadi pembicara yang handal tidaklah diperoleh secara otomatis atau hanya mengandalkan bakat yang besar dan pembawaan (kharismatik) semata, tetapi juga dapat dipelajari dan atau melalui latihan yang banyak (Dr. Dale Carnigie).

b. Latar Belakang Sejarah
Istilah rethorika muncul bermula di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi. Pada saat itu adalah merupakan masa kejayaan Yunani sebagai pusat kebudayaan barat dan para filsufnya saling berlomba untuk mencari apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Pengaruh kebudayaan Yunani ini menyebar sampai ke dunia timur seperti Mesir, India, Persia, bahkan Indonesia dan lain-lain.
Rhetorika mulai berkembang pada jaman Socrates, Plato, dan Aristoteles. Selanjutnya rhetorika kemudian berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan yang dianggap sebagai guru pertama dalam ilmu rhetorika adalah Georgias (480 – 370 SM).

c. Jenis-Jenis Rhetorika
Dari segi kepentingannya atau tujuan yang ingin dicapai, rhetorika dapat dibagi dalam dua bahagian, yaitu :
1. Rhetorika Persuasif
Rhetorika persuasif adalah rhetorika yang bertujuan mempengaruhi orang dengan tidak begitu memperhatikan/mempertimbangkan nilai-nilai kebenaran dan moralitas. Rhetorika yang seperti ini dapat kita jumpai dimana-mana, contohnya adalah rhetorika yang digunakan oleh sebagian besar penjual obat kaki lima dalam menawarkan dagangannya, dll.
2. Rhetorika Dialektika
Rhetorika dialektika yang sering juga disebut dengan rhetorika psikologi, adalah rhetorika yang muncul sebagai kebalikan dari rhetorika persuasif, dimana rhetorika ini sangat memperhatikan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, moralitas dan sifatnya dapat menenangkan jiwa manusia. Tujuan utama rhetorika ini mengarah kepada pembinaan spiritual. Rhetorika yang seperti ini umumnya digunakan didalam ceramah-ceramah agama.

d. Tujuan Rhetorika
Tujuan rhetorika adalah berusaha untuk membentuk opini publik atau menggiring pendapat umum ke arah pendapat pembicara, atau minimal pendengar (audience) tidak membantah terhadap apa yang dikemukakan oleh si pembicara (komunikator).

e. Langgam-Langgam Dalam Rhetorika
Dalam rhetorika langgam diartikan sebagai cara, ragam, atau gaya suatu bahasa (pembicaraan). Langgam-langgam rhetorika dapat dibagi atas :
1. Langgam Agitasi
Langgam agitasi adalah langgam yang kebanyakan dipakai dalam rhetorika persuasif. Langgam ini biasanya digunakan untuk membakar semangat, misalnya oleh demonstran.
2. Langgam Teater
Langgam teater adalah langgam yang digunakan oleh para pemain teater dalam berdialog.
3. Langgam Agama
Langgam agama adalah langam yang biasa digunakan oleh para muballigh atau para pendeta dalam penyampaian ceramahnya.

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rhetorika
Keberhasilan suatu rhetorika didalam berbicara sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Situasi
Situasi yang dimaksudkan adalah hal-hal yang menyangkut keadaan atau kondisi saat pembicaraan/ceramah sedang berlangsung. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Tingkat pengetahuan pendengar. Yaitu menyangkut latar belakang level pengetahuan dari pendengar (audience).
b. Formal atau informal. Hal ini menyangkut apakah kita berbicara dalam suatu situasi yang formal (forum resmi) atau dalam situasi biasa atau kekeluargaan (informal)
c. Sedih atau gembira. Berbicara di depan orang yang berada dalam situasi sedih tentunya sangat berbeda dibandingkan dengan ketika kita tampil berbicara di depan orang yang sedang dalam keadaan gembira. Untuk itu seorang pembicara harus mengetahui betul situasi dan kondisi pendengarnya.
2. Ruang
Hal ini adalah tentang tempat dimana kita sedang berbicara, misalnya di dalam ruangan gedung ataukah di lapangan.
3. Waktu
Yang dimaksudkan dengan waktu disini adalah, disamping waktu yang sebenarnya yaitu apakah pagi, siang, sore atau malam, juga tentang isi materi yang akan dibicarakan, apakah hal tersebut masih aktual ataukah sudah usang atau basi.
4. Tema
Sebuah tema sangat penting artinya dalam suatu pembicaraan, sehingga didalam pembicaraan seorang pembicara ia dapat fokus atau terarah. Sangat disarankan seorang pembicara hanya menggunakan satu tema pembicaraan sehing didalam pembicaraannya ia tidak ngawur atau mengambang yang dapat mengakibatkan isi pembicaraan susah dipahami oleh pendengar. Namun jika terpaksa harus lebih dari satu, maka selesaikanlah satu tema pembicaraan kemudian pindah ke tema yang lainnya.
5. Isi atau Materi
Isi pembicaraan hendaknya sesuai dengan tema yang telah dipersiapkan dengan mantap sebelumnya dan menarik minat pendengar. Daya tarik suatu materi juga akan sangat menentukan keberhasilan suatu pembicaraan. Adapun yang dapat menjadi pemicu rasa ketertarikan pendengar diantaranya adalah :
 Up to date, masalah yang dibicarakan adalah masalah yang sedang hangat-hangatnya di dalam masyarakat.
 Merupakan suatu yang menyangkut kepentingan pendengar.
 Masalah yang mengandung pertentangan publik, benar-salah, baik-buruk.
 Sesuai dengan kemampuan logika pendengar, dll.
6. Teknik Penyajian
Teknik yang dimaksudkan disini adalah cara-cara yang digunakan didalam berbicara, meliputi :
a. Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik. Dalam hal ini seorang pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata bahasa yang baik, artikulasi yang jelas dan tidak cadel, intonasi yang menarik (tidak monoton), aksen yang tepat, dan tidak terlalu banyak menggunakan istilah yang tidak perlu.
b. Ekspresi (air muka) yang menarik, misalnya: tidak cemberut, tidak pucat, tidak merah, dan sebagainya. Ekspresi dalam berbicara sangat penting untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari pendengar.
c. Stressing (redance), yaitu kemampuan seorang pembicara untuk memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulangan-pengulangan yang seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan tertentu dalam nada pembicaraan.
d. Kemampuan memberikan refreshing (penyegaran) dengan menyelipkan intermezzo, yaitu dengan menyelingi pembicaraan dengan hal-hal lain yang berhubungan yang mengandung kelucuan, baik itu pengalaman sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak mengurangi nilai pembicaraan. Hal ini dimaksudkan agar pendengar tidak terlalu stress yang bisa menimbulkan kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti pembicaraan kita.
e. Kepribadian atau personality. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah disamping daya pesona atau kharismatik seseorang, juga meliputi nilai-nilai pribadi seorang pembicara, diantaranya: jujur, cerdik, berani, bijaksana, berpandangan baik, percaya diri, tegas, tahu diri, tenang dan tenggang rasa.

BERBICARA EFEKTIF
Tampil berbicara dengan hanya mengandalkan teknik rhetorika, nampaknya tidaklah cukup untuk menjadi seorang pembicara yang handal. Karena bagimanapun hebatnya daya pesona yang ditimbulkan oleh seorang pembicara dalam penampilannya tanpa didukung oleh efektifitas pembicaraan yang dibawakannya, maka apa yang disampaikannya itu akan berlalu begitu saja tanpa menimbulkan kesan yang mendalam, atau dengan kata lain efek pesan yang disampaikannya itu hanya bertahan sampai selesainya pembicaraan, begitu pembahasan selesai maka selesai pulalah segalanya.
Untuk itulah maka disamping seorang pembicara perlu memiliki rhetorika yang baik, ia juga perlu menguasai apa yang disebut berbicara yang efektif. Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

1. Dasar-Dasar Berbicara Efektif
Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Pembukaan termasuk bagian penting karena turut menentukan sukses tidaknya suatu pembicaraan. Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50 % ada ditangan si pembicara. Sebaliknya, bila pembukaannya saja sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
Pembukaan seyogyanya dilakukan paling lama lima menit. Dan diharapkan waktu lima menit tersebut dapat memberikan kesan yang menyenangkan dan menarik minat bagi para pendengar sehinga para pendengar bersedia menyimak pembicaraan selanjutnya dengan seksama.
Pada acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan dibicarakan.
Pembukaan sebaiknya memuat common interest dari pendengar. Misalnya berbicara tentang hal-hal aktual yang sedang terjadi yang menjadi bahan pembicaraan yang hangat di masyarakat, walaupun mungkin tidak ada kaitannya dengan yang akan dibicarakan. Bisa juga disisipkan beberapa lelucon/anekdot segar yang dapat menggugah perhatian dan simpati orang. Alangkah baiknya apabila lelucon atau “penyegar” tersebut secara tidak langsung dapat disambungkan dengan inti masalah.
Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti permasalahan. Pembukaan pada setiap kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dan suasana pembicaraan.
1) Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan di sini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin
2) Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan di depan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat dinas yang dihadiri oleh pejabat kantor bersangkutan dan para pejabat pemerintah, sifatnya sangat formal yang biasanya akan mengikuti tatanan yang sudah baku dalam acara resmi. Dalam hal ini, pembukaan harus benar-benar mencerminkan keseriusan dari acaranya. “Pembukaan” pembicaraan atau pidato dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor, dan bisa dilakukan dengan santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan acara.
3) Lawan Bicara
Lawan bicara turut menentukan “pembukaan” pembicaraan. Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam dua bahagian, yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan (seseorang), pembukaannya biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab benar maka pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah “hangat”, kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
Berbeda jika pembicaraan dilakukan dihadapan banyak orang maka harus diperhatikan siapa siapa yang menjadi lawan bicara, pembukaannya harus ditujukan kepada semua hadirin.
Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: usia, status sosial, bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan minat dengar dari lawan bicara.
4) Suasana
Suasana juga ikut menentukan bagaimana pembukaan suatu pembicaraan. Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubungannya dengan suasana yang berlangsung atau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan, apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya. Pembukaan pembicaraan atau sambutan dan sejenisnya, pada suatu acara pemakaman jangan sampai disamakan seperti pada pembukaan acara ulang tahun, atau sebaliknya.

b. Isi/Inti Pembicaraan
Inti pembicaraan merupakan bagian paling pokok dalam pembicaraan. Bagian ini merupakan tujuan dari pembicaraan. Dalam bagian inilah rincian permasalahan akan dibahas.
Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Isi pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar dapat dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau audio visual.
Sesekali sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya libatkan hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara seperti ini hampir selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang pembicaraan.
Perlu diperhatikan bahwa, sebaiknya lama pembicaraan tidak lebih dari satu jam per sesi. Pembahasan inti permasalahan dapat dilanjutkan lagi dalam forum tanya jawab. Setelah semua inti materi disampaikan, tiba saatnya untuk menutup pembicaraan.

c. Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan itu.
Penutup biasanya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada hadirin atas perhatian yang diberikan dan kepada penyelenggara apabila berbicara pada suatu acara resmi. Dan terakhir sekali adalah ucapkan salam sebagai penutup pembicaraan.



DAFTAR PUSTAKA


1. HUDORO SUMETO : Cara Berbicara dan Presentasi dengan Audio Visual, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2004.

2. ARMAN AGUNG : Laporan Program Pembelajaran Pendidikan Kader (Materi Rethorika) di Kampus IKIP Gunungsari Baru Ujung Pandang, Ujung Pandang1989.

Kamis, 04 Desember 2008

CONTOH CONTOH PUISI

CEMBURU

ya Allah,
jika Kau cemburu
katakanlah kepadaku:

manakah cinta terindah
yang harus kupersembahkan kepada-Mu?

manakah puisi cinta paling syahdu
yang harus kusenandung kepada-Mu?

dimanakah tempat yang paling aman
yang tidak seorang pun tahu
bahwa kita sedang bercinta?

seseorang berkata:
“Hati-hatilah! Dia sangat pencemburu. Dia tidak ingin
di hati hamba-Nya ada ketertarikan kepada selain-Nya”



MALU

jikalau kau bertanya kepadaku:
“Siapakah orang yang tidak tahu malu?”

maka kujawab kepadamu:
“Itulah aku!”

aku selalu mengemis kepada Allah
setelah permintaanku dipenuhi
aku lupa berterimakasih

aku selalu menangis dalam duka
ketika duka dicampakkan
aku langsung tertawa girang

di dalam kesepian
aku selalu mengingat Allah
di dalam keramaian
aku mengingat nama semua orang

jika kujawab kepadamu:
“Itu bukanlah aku!”

aku adalah pembohong
sama halnya seperti iblis yang sombong
yang tidak merasakan kekurangan
dan kelemahan



IKHLAS

jika ikhlas itu dapat diungkapkan
bagaimana aku menjelaskan?

bahasa sebatas susunan kata
pun perasaan belum tentu benar adanya

bagaimana memperoleh ikhlas
tanpa batas tanpa hingga?

sehingga Sahl berkata:
“Orang-orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah
sangat banyak, tetapi yang ikhlas amat sedikit”

bagaimana aku mendapat jawaban
sedangkan hati dirundung kebingungan?

Ya Allah, bagaimana Engkau menjelaskan?

Allah berfirman:
“Ikhlas itu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku titipkan pada
hati orang yang Aku cintai di antara hamba-hamba-Ku”




BUTA DAN GILA
Tidak mengapa orang buta membawa pelita
dan berjalan di bawah cahaya surya
sebab kebutaannya menutup
pada setiap penjuru kutub

Tidak mengapa orang gila mengaku waras
dan menertawakan kegembiraannya
sebab jika ia ingat kewarasannya
tak akan ia katakan yang lain gila

Yang jadi masalah jika orang waras dan dapat melihat
terbutakan dengan kehidupan dunia
dan merasa waras dengan hidup bebas
serasa hidup kekal ke akhir masa



KEHIDUPAN

O
.
Alif
Hembus

Nafsu
Ahmad
Perjalanan
Ajal
Segi empat

Alif
Hayat
.
O



KERELAAN YANG TERLUPAKAN

apakah yang kita cari dari hidup:
harta, tahta atau wanita?

dan sepicik itukah pikiran kita
mengembang di atas kepala
laksana awan yang pekat
dan doa yang tak terpanjat

apakah yang kita cari dalam hidup:
harta, tahta atau wanita?

aku lari dari semuanya
hanya kerelaanMu jua
akhirnya…



SEORANG TUA DENGAN TANDA DI KENINGNYA

seorang tua dengan tanda di keningnya. bukan hitam bekas sujud lama. bukan merah karena merana. bukan pula luka membilur sengaja.

tapi, cahaya itu memberi tanda. seorang tua dengan tanda di keningnya. dan ucapannya menenggelamkan aku dalam kata dalam bahasa. aku terlena. hijab terbuka. aku hening dalam ruang tanpa dinding, pintu dan jendela.



MAKNA HIDUP

kerelaan dan cintaMu jua yang kucari, ya Robbi.



DEBU LUKA AKU RASA

debu luka aku rasa
mengeriap dalam segala
kau dan aku

aku tak perlu bertanya:
mengapa air mata ini
berderaian tiada henti
dan pilu ini terasa asing
dalam doa panjangku kemarin?

debu luka aku rasa
seperti renyai hujan di siang hari
matang pandanganku pada semesta
tapi tubuh ini lemah terkulai
doaku terbantai
dalam kau dan aku

aku rindu
serindu debu luka aku rasa
membekas di keningku



AKU BERSIMPUH DI KAKIMU

aku datang kepadaMu, ya Robbi
datang bersimpuh mencium kakiMu
aku adalah manusia malang
yang tak pernah bosan
membangkang dan melupakanMu

saat ini,
biarkan sajadahku penuh
air mata pertobatan
penuh dengan penyesalan
dan pilu hati ini kubiar mengertap
membakar segala kebebalan

aku datang kepadaMu, ya Allah
mengharap pengampunan
penyesalan ini tak sebanding
dengan banyaknya kemurkaan
aku datang bersimpuh di kakiMu
mengadu mengeluh mengaduh

adakah pacaran cahayaMu bisa kuterima
sebagai berkah dan rahmat tiada terkira seperti dulu?


TAKDIR

kalau kau serahkan semua rencana dan kerja
hanya kepada Allah saja

singkirkan dirimu dari keduanya
kau lenyap dalam cerita
karena Allah yang berlaku atasnya

APAKAH LANGIT DI SANA
LEBIH INDAH DARI LANGIT DI SINI?

apakah langit di sana
lebih Indah dari langit di sini?

bulan, bintang dan malam
serasa menyatu dalam Keesaan

apakah langit di sana
lebih Indah dari langit di sini?

senyap, hening, lenyap
serasa menyatu dalam Keindahan

apakah langit di sana
lebih Indah dari langit di sini?

tak ada suarasuara
hewan berirama

apakah langit di sana
lebih Indah dari langit di sini?

MALAM RAMADHAN

bulan dipupuri awan

BULAN MUHAMMAD

1.
“rodliitu billahi robba
wa bil-islami diina
wa bi muhammadin-nabiyya wa-rosuula”

kusempurnakan seluruhnya
untukmu
demi kemanusiaan kepada manusia,
sabda Muhammad


2.
dan purnama bersinar penuh
menyinari jagad raya
membuka pintu-pintu rahasia
pengenalan diri melalui utusanMu,
ya Robbi


3.
bulan Muhammad
gemilang cahaya yang sempurna
insan kamil memasuki diri sejati
rahasia-rahasia
hijab-hijab
dan Esa
tujuan akhir segal

PERMOHONAN

setangkup doa di tangan ini
kupersembahkan kepadaMu sebagai permohonan

sambutlah dengan penuh kasih sayang
sebab penerimaan dariMu kunantikan
bersama jatuhnya renyai hujan pagi
atau pada embun di bibir melati

Minggu, 30 November 2008

Artikel:PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH , METAMORFOSIS ULAT MENJADI KEPOMPONG

Judul: PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH , METAMORFOSIS ULAT MENJADI KEPOMPONG

Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian SISTEM PENDIDIKAN / EDUCATION SYSTEM.

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.

Tetapi, luar biasanya, kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih saja jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.Hal ini masih terlihat dampaknya pada saat mereka mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan apalagi tulisan yang klise masih saja terlihat. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal. Saya pernah membaca artikel dosen saya yang dimuat oleh harian Pikiran Rakyat. Dimana dalam artikel tersebut dibeberkan banyak sekali kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para mahasiswa saat penyusunan skripsi. Hal ini tidak relevan, mengingat sebagai mahasiswa yang notabenenya sudah mengenyam pendidikan sejak setingkat SD hingga SMU, masih salah dalam menggunakan Bahasa Indonesia.

Lalu, apakah ada kesalahan dengan pola pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah? Selama ini pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah cenderung konvesional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit. Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis. Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam pilihan para siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain. Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai favorit. Hal ini semakin terlihat dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Saya menyoroti masalah ini setelah melihat adanya metode pengajaran bahasa yang telah gagal mengembangkan keterampilan dan kreativitas para siswa dalam berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa para siswa itu sendiri.

Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja.

Saya mengambil contoh dari data tes yang dilakukan di beberapa SD di Indonesia tentang gambaran dari hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD. Tes yang digunakan adalah tes yang dikembangkan oleh dua Proyek Bank Dunia, yaitu PEQIP dan Proyek Pendidikan Dasar (Basic Education Projects) dan juga digunakan dalam program MBS dari Unesco dan Unicef. Dari tes menulis dinilai berdasarkan lima unsur: tulisan tangan (menulis rapi), ejaan, tanda baca, panjangnya karangan, dan kualitas bahasa yang digunakan. Bobot dalam semua skor adalah tulisan (15%), ejaan (15%), tanda baca (15%), panjang tulisan (20%), dan kualitas tulisan (35%).

Hanya 19% anak bisa menulis dengan tulisan tegak bersambung dan rapih. Sedangkan 64% bisa membaca rapih tetapi tidak bersambung. Perbedaan antarsekolah sangat mencolok. Pada beberapa sekolah kebanyakan anak menulis dengan rapih, sementara yang lain sedikit atau sama sekali tidak ada. Ini hampir bisa dipastikan guru-guru pada sekolah-sekolah yang pertama yang bagus tulisannya secara reguler mengajarkan menulis rapi. Sementara sekolah-sekolah yang belakangan tidak.

Hanya 16% anak menulis tanpa kesalahan ejaan dan 52% anak bisa menulis dengan ejaan yang baik (sebagian besar kata dieja dengan benar), sementara lebih dari 30% dari kasus menulis dengan kesalahan ejaan yang parah atau sangat parah. 58 % anak memberi tanda baca pada tulisan mereka dengan baik (dikategorikan bagus atau sempurna), sementara itu lebih dari 35% kasus anak yang menulis dengan kesalahan tanda baca dan dikategorikan kurang atau sangat kurang.

58% siswa menulis lebih dari setengah halaman dan 44% siswa isi tulisannya yang dinilai baik, yaitu gagasannya diungkapkan secara jelas dengan urutan yang logis. Pada umumnya anak kurang dapat mengelola gagasannya secara sistematis

Alasan mengapa begitu banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan dengan kualitas dan panjang yang memuaskan serta dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang memadai ialah anak-anak di banyak kelas jarang menulis dengan kata- kata mereka sendiri. Mereka lebih sering menyalin dari papan tulis atau buku pelajaran. Dari data tersebut menggambarkan hasil dari KBM Bahasa Indonesia di SD masih belum maksimal. Walaupun jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak.

Setelah lulus SD dan melanjutkan ke SMP, ternyata proses pengajaran Bahasa Indonesia masih tidak kunjung menunjukan perubahan yang berarti. Ulat pun masih menjadi kepompong. Kelemahan proses KBM yang mulai muncul di SD ternyata masih dijumpai di SMP. Bahkan ironisnya, belajar menulis sambung yang mati-matian diajarkan dahulu ternyata hanya sebatas sampai SD saja. Pada saat SMP penggunaan huruf sambung seakan-akan haram hukumnya, karena banyak guru dari berbagai mata pelajaran yang mengharuskan muridnya untuk selalu menggunakan huruf cetak. Lalu apa gunanya mereka belajar menulis sambung?

Seharusnya pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis (mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif. Dimana seharusnya siswa telah dilatih untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis: esai, cerita pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Namun, selama ini hal itu dibiarkan mati karena pengajaran Bahasa Indonesia yang tidak berpihak pada pengembangan bakat menulis mereka. Pengajaran Bahasa Indonesia lebih bersifat formal dan beracuan untuk mengejar materi dari buku paket. Padahal, keberhasilan kegiatan menulis ini pasti akan diikuti dengan tumbuhnya minat baca yang tinggi di kalangan siswa.

Beranjak ke tingkat SMA ternyata proses pembelajaran Bahasa Indonesiapun masih setali tiga uang. Sang ulat kini hanya menjadi kepompong besar. Kecuali dengan ditambahnya bobot sastra dalam pelajaran bahasa indonesia, materi yang diajarkan juga tidak jauh-jauh dari imbuhan, masalah ejaan, subjek-predikat, gaya bahasa, kohesi dan koherensi paragraf, peribahasa, serta pola kalimat yang sudah pernah diterima di tingkat pendidikan sebelumnya. Perasaan akan pelajaran Bahasa Indonesia yang dirasakan siswa begitu monoton, kurang hidup, dan cenderung jatuh pada pola-pola hafalan masih terasa dalam proses KBM.

Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan dan ''unek-unek'' mereka secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi jelas tampak prakteknya dalam kehidupasn sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.

Setelah melihat pada ilustrasi dari pola pengajaran tersebut saya melihat adanya kelemahan - kelemahan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. KBM belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Sedangkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktek hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pandangan atau persepsi sebagian guru, keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang diraih atas tes, ulangan umum bersama (UUB) terlebih lagi pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Nilai itu sering dijadikan barometer keberhasilan pengajaran. Perolehan nilai yang baik sering menjadi obsesi guru karena hal itu dipandang dapat meningkatkan prestise sekolah dan guru. Untuk itu, tidak mengherankan jika dalam KBM masih dijumpai guru memberikan latihan pembahasan soal dalam menghadapi UUB dan UAN. Apalagi dalam UUB dan UAN pada pelajaran bahasa Indonesia selalu berpola pada pilihan ganda. Dimana bagi sebagian besar guru menjadi salah satu orientasi di dalam proses pembelajaran mereka. Akibatnya, materi yang diberikan kepada siswa sekedar membuat mereka dapat menjawab soal-soal tersebut, tetapi tidak punya kemampuan memahami dan mengimplementasikan materi tersebut untuk kepentingan praktis dan kemampuan berbahasa mereka. Pada akhirnya para siswa yang dikejar-kejar oleh target NEM-pun hanya berorientasi untuk lulus dari nilai minimal atau sekadar bisa menjawab soal pilihan ganda saja. Perlu diingat bahwa soal-soal UAN tidak memasukan materi menulis atau mengarang (soal esai).

Peran guru Bahasa Indonesia juga tak lepas dari sorotan, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran. Peranan penting guru juga dikemukakan oleh Harras (1994). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkannya bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya . Sarwiji (1996) dalam penelitiannya tentang kesiapan guru Bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu, antara lain, pada pemahaman tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. Guru Bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan .Rupanya guru juga harus selalu melakukan refleksi agar tujuan bersama dalam berbahasa Indonesia dapat tercapai.

Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apreasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra (Horison) yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran Bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh.

Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Apabila pola pendidikan terus stagnan dengan pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan bepengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru Bahasa Indonesia maupun antara guru Bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain. Apabila, sistem pembelajaran Bahasa Indonesia yang setengah-setengah akan terus begini, maka metamorfosis sang ulat hanyalah akan tetap menjadi kepompong. Awet dan tidak berkembang karena pengaruh formalin pola pengajaran yang masih berorientasi pada nilai semata.

SKRIPSI MATERI

DESKRIPSI MATERI

NOVAK : IK 4212
Mata Kuliah : BAHASA INDONESIA
Beban Kredit : 2 (dua) SKS
Prasyarat : Bahasa Indonesia I
Dosen : Drs. Sumarno Nugroho

Ruang Kerja : Gedung C-211. Telepon: Pesawat 1302
E-mail Address :

DESKRIPSI PERKULIAHAN

Memberikan pengetahuan dan pemahaman teoritis maupun praktis tentang prosedur dan teknik-teknik menulis ilmiah dalam bahasa Indonesia yang baku. Mata kuliah ini juga menitikberatkan pada pelatihan keterampilan menulis.

TUJUAN

Setelah perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan :

Mengenal dan memahami secara teoritis maupun praktek menggunakan bahasa Indonesia baku dalam penulisan ilmiah.

LITERATUR

EVALUASI

1. Tes 1 : 10%
2. Tes 2 : 10%
3. Tugas : 15%
4. Kehadiran: 5%

5. Partisipasi : 5%
5. UTS : 25%
6. UAS : 30%

Nilai akhir mahasiswa bergantung pada hasil total evaluasi tersebut di atas. Tidak ada tugas lain untuk memperbaiki nilai yang diperoleh dari total evaluasi dan tidak ada tugas, tes, maupun ujian susulan.

Nilai akhir mahasiswa bergantung pada hasil total evaluasi tersebut di atas. Tidak ada tugas lain untuk memperbaiki nilai yang diperoleh dari total evaluasi dan tidak ada tugas, tes, maupun ujian susulan.

Untuk Memperoleh Nilai "C":

1. Memperoleh nilai total minimal 56 (lima puluh enam) pada skala 100 (seratus).
2. Memperoleh nilai rata-rata minimal "C" untuk tugas, tes 1, tes 2, UTS, dan UAS.

Untuk Memperoleh Nilai "B":

1. Memenuhi kriteria perolehan nilai "C" sebagaimana keterangan di atas.
2. Memperoleh nilai rata-rata minimal "B" untuk tes 1, tes 2, UTS, dan UAS.

Untuk Memperoleh Nilai "A":

1. Memenuhi kriteria 1-2 perolehan nilai "B" sebagaimana keterangan di atas.
2. Memperoleh nilai rata-rata minimal "A" untuk tes 1, tes 2, UTS, dan UAS.


KEHADIRAN/PARTISIPASI

Mengingat materi perkuliahan yang berkesinambungan dan membutuhkan partisipasi aktif para peserta baik individual maupun kelompok, kehadiran mahasiswa dalam setiap pertemuan sangatlah penting. Nilai 10 (sepuluh) persen untuk partisipasi mahasiswa diberikan sebagai berikut:

Jumlah Ketidakhadiran (absen)

Nilai Kehadiran

0 kali
1 kali
2 kali
3 kali
4 kali
5 kali

10 %
8 %
6 %
4 %
2 %
0 % dan Tidak boleh mengikuti UAS

TES 1, TES 2, UTS, dan UAS

Untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan mahasiswa akan materi yang diberikan Tes 1 diadakan sebelum UTS dengan materi berasal dari pertemuan 1 sampai dengan 4 dan Tes 2 diadakan sebelum UAS yang materinya berasal dari materi pertemuan 7-11. Materi UTS berasal dari materi pertemuan 1-6 sedangkan materi UAS berasal dari keseluruhan pertemuan.

TUGAS

Jenis dan bentuk tugas akan diumumkan lebih lanjut di hadapan kelas.

PERATURAN KELAS

1. Mahasiswa TIDAK DIPERKENANKAN mengikuti aktivitas perkuliahan, tes, dan ujian jika:
Terlambat hadir 20 menit atau lebih dari waktu yang telah ditentukan.
Terlambat hadir lebih dari 30 menit untuk tes dan ujian.
Tidak memakai sepatu.
Tidak berpakaian sebagaimana ketentuan perkuliahan yang berlaku di UK Petra.
2. Mahasiswa TIDAK DIPERKENANKAN mengikuti UAS jika kehadiran kurang dari 75% pertemuan matakuliah.
3. Kecurangan dalam bentuk apa pun ketika tes dan ujian menyebabkan mahasiswa secara langsung memperoleh Nilai

MATERI PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA II




I


Pengantar kuliah

Bahasa Indonesia Dalam Ragam Bahasa Tulis

Bantuk dan Makna Kesejajaran Bahasa (Paralelisme)

Wacana

Penggunaan Kata

Struktur Kalimat

Bentuk dan Makna Kalimat

UTS (

Jumat, 28 November 2008

CONTOH MAKALAH : PERARANAN UMAT ISLAM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Abstraksi

Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan telah menghasilkan krisis lingkungan hidup dunia yang ditandai dengan meningkatkadnya pemanasan global .Guna mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu agenda pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yaitu upaya yang menyerasikan antara pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup. Di dalam pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup umat Islam mempunyai peranan strategis karena dalam agama Islam telah diatur dalam Al Quran , pada Q .S 16:97, Q.S 2: 29, Q.S 6 : 95, Q. S 6: 95, Q. S 10:6, Q.S 16,66,67,68 dan Q; 27,28. Di dalam pemanfatan sumberdaya alam harus memperhatikan unsur ekologis, pemeliharaan alam dan tidak membuat kerusakan dimuka bumi. Hal ini selaras dengan konsep pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk berpartisipasi secara aktif dihimbau semua umat Islam di dunia berkomitmen untuk menanam satu pohon baru setiap tahunnya, menyebarkan nilai-nilai lingkungan hidup dan memprakteknnya lewat berbagai macam profesi atau jabatan yang sedang disandangnya dengan ajaran Islam. Sedangkan untuk menghadapi tantangan global umat Islam harus belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, menghentikan eksploitasi lingkungan yang berlebih dan menghimbau dunia industri untuk berperan dalam mengatasi kerusakan lingkungan hidup dunia. Kata kunci; Islam,Lingkungan hidup

I. LATAR BELAKANG
Paradigma pembangunan ekonomi yang direkomendasikan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi di negara sedang berkembang oleh teori literatur barat adalah growth atau pertumbuhan. Dalam teori tersebut dianjurkan agar negara berkembang memanfaatkan sumberdaya alam, teknologi dan modal dengan cara industrialisasi. Tidak sedikit negara sedang berkembang yang percaya pada teori tersebut dan melaksanakannya dengan cara yang kurang tepat. Hal ini terlihat dari tidak sebandingnya input dengan output. Terlihat dari masih rendahnya pendapatan per kapita di NSB tetapi sumberdaya alamnya semakin habis atau rusak. Ini artinya model pertumbuhan yang dijanjikan oleh Barat tidak terbukti kebenarannya dalam mempercepat kemakmuran masyarakat di NSB. Dalam tiga puluh tahun terakhir para perencana ekonomi pembanguanan semakin sadar betapa pentingnya imflikasi yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan lingkungan hidup terhadap keberhasilan upaya-upaya pembangunan ekonomi. Kita mengetahui bahwa percepatan pertumbuhan ekonomiyang tidak ramah lingkungan akan menghasilkan jurang kemiskinan dan secara langsung akan mempercepat degradasi lingkungan. Kerusakan atau degredasi lingkungan dapat menyusutkan pembangunan ekonomi karena kerusakan lingkungan akan menurunkan produktivitas sumberdaya alam serta memunculkan berbagai masalah kesehatan, dan gangguan kenyamanan hidup. Dalam pertemuan ilmuwan di Kuala Lumpur 2 Juli 2007 disampaikan bahwa akibat peningkatan temperatur global akan memiliki dampak luar biasa terhadap kesehatan manusia di kawasan Asia Fasifik berbagai penyakit akan muncul, gagal panen, banjir, bencana alam yang lain, dan disimpulkan juga bahwa pemanasan global telah secara serius mengancam kesehatan manusia. Sadar akan masalah tersebut di atas munculah konsep pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk mencari keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

2. PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN
Pada tanggal 5 Juni 1972, negara-negara bersepakat memperbaiki lingkungan dan menyelamatkan bumi yang hanya satu ini. Dalam Koferensi khusus Perserikatan bangsa-bangsa disepakati konvensi menyelamatkan lingkungan hidup melalui ikhtiar antar bangsa. Dan sebuah organisasi PBB dibentuk dengan nama United Nation Environment progamme (UNNEP). Dari organisasi tersebutlah lahir suatu konsep pembangunan yang berkelanjutan, yaitu suatu konsep pembangunan yang memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan saat ini dapat memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kebutuhan generasi yang akan datang untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. (Komisi Pemb: 12). Para ahli ekonomi pembangunan memberlakukan istilah berkelanjutan atau berkesinambungan (sustainability) dalam upaya untuk memperjelas hakekat keseimbamngan pembangunan yang paling diinginkan, yakni pertumbuhan ekonomi di satu sisi, dan pelestarian lingkungan hidup atau pelestarian sumber daya alam di sisi yang lain. Atau secara singkat dapat dirumuskan istilah berkelanjutan adalah pemenuhan generasi sekarang tanpa mengurangi atau merugikan kebutuhan generasi-generasi yang akan datang. Sedangkan para ahli ekonomi, pembangunan ekonomi baru dikatakan berkesinambungan apabila stok modal tetap atau meningkat dari waktu ke waktu (Todaro, 408). Dari konsep tersebut kualitas kehidupan atau pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang sangat tergantung pada jumlah dan kualitas lingkungan yang ada saat ini dan saat yang akan datang. Dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992 (United Nation, 1992), konsep dan strategi pembangunan berkelanjutan mendapatkan perhatian yang sangat besar dengan dituangkan dalam dua prinsip Deklarasi yaitu (prinsip 3 : Keinginan untuk membangun harus sedapat mungkin memenuhi keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan lingkungan dari generasi saat dan masa depan. (Prinsip 4 : dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan sebaiknya dimasukan sebagai satu bagian integrasi dan proses pembangunan dan tak dapat dipertimbangkan sebagai bagian yang terpisah dari pembangunan. Dalam agenda 21 global tahun 1992 (United Nation 1992 ) yang disepakati sebagai progam aksi untuk menerapkan Deklarasi Rio, tertulis bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan satu komitmen berbagai pihak dalam satu negara, baik pemerintah maupun swasta, disesuaikan dengan kondisi spesifik negara tersebut, yang mampu menampung partisipasi penuh dari semua pihak. Pemerintah yang jujur dan demokratis adalah elemen dasar bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini diisyaratkan (1) meningkatkan potensi produksi dengan cara ramah lingkungan hidup, (2) menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang . Secara konseptual model pembangunan yang berkelanjutan sangat tepat dan akan dapat membuat keseimbangan lingkungan hidup dan pembangunan ekonomi guna menciptakan kemakmuran masyarakat. Tetapi mengapa yang terjadi justru kemerosotan lingkungan hidup,kemiskinan dan pengangguran terus saja meningkat. Samapi-sampai para negara maju membuat agenda Milinium Development Goals (MDGs) sebagai agenda utama untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan mutlak harus dilakukan oleh semua negara didunia untuk mencegah terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup yang pada akirnya akan menimbulkan bencana alam.

3. ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pandangan agama Islam sangat positif terhadap lingkungan dan sangat preventif, bahkan konsep Islam terhadap lingkungan sudah ada sejak dulu saat Alquran diturunkan. Hal ini terlihat dari kontribusi Alquran terhadap lingkungan berikut ini : Dialah Allah yang menciptakan kamu dari unsur tanah dan memerintahkan kalian untuk memakmurkan, mengelola lingkungan (Q.S 17: 61). Pesan ayat ini menurut Ibnu Katsir, adalah melaksanakan pembangunan dan mengelola bumi artinya kemakmuran di bumi ini terjadi kalau manusia memanfaatkan lingkungan secara baik dan benar dalam perfektif ekologis. Konsep Alquran seperti itu diderivasikan dari ayat lingkungan seperti barang siapa yang berbuat baik ,lelaki atau perempuan, asal ia beriman niscaya ia akan mendapatkan kehidupan yang bekualitas (Q. S 16.97). yang menjadi tolok ukur kualitas dan prestasi adalah berdasarkan produk pinal hasil karya pembangunan yang dilakukan. Alquran mengatur cukup lengkap tentang lingkungan hidup yang dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia. Tujuan utama untuk kemslahatan manusia di dunia dan akirat. Ialah yang telah menjadikan untuk kamu sekalian yang ada di bumi (Q.2: 29) ini menunjukan manusia diberi kewenangan, dasar kewenangan manusia diperintahkan untuk memperhatikan fenomena alam yang menjadi unsur dalam ekosistem seperti fenomena air ( Q,6 : 95) pertukaran malam dan siang ( Q,10: 6) menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan ( Q,6: 95 ) ,binatang ternak (Q, : 16,66,67,68 ) dan lainnya. Berdasarkan konsep tersebut Islam tersebut sangat jelas bahwa semua orang di muka bumi ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam harus untuk kemakmuran haruslah diikuti suatu kegiatan pemeliharaan dan menjaga jangan sampai terjadi kerusakan atas sumberdaya alam yang ada. Tujuan pemanfaatan sumberdaya alam adalah mengembangkan keseimbangan antara upaya peningkatan kesejahteraan hidup dengan kelestarian ekosistem sehingga bermanfaat secara berkelanjutan bagi semua manusia. Alquran menegaskan hal itu dalam ayat lain Allah SWT mengingatkan, Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di atas bumi, karena sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.28:77). Sadar atau tidak pola pembangunan ekonomi di dunia kita saat ini sudah melanggar kaidah-kaidah Agama islam terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. Hal ini terlhat dari ekploitasi sumberdaya alam yang berlebihan seperti : pembabatan hutan, eksploitasi pertambangan, industrialisasi yang selalu mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya. Dampak yang ditimbulkan adalah seperti yang ditunjukan oleh para ilmuwan dari hasil penelitiannya bahwa planet bumi terancam akibat perubahan iklim, dan kehilangan habitat dan ekspansi ekonomi yang tak terbatas oleh manusia dan kepunahan spesies semakin tinggi. Berbagai jenis penyakit bermunculan dan kehidupan manusia akan terancam, kalau kerusakan lingkungan hidup tidak segera dihentikan atau segera diperbaiki.

4. MENGAPA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN GAGAL
Seruan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tidak banyak membuahkan hasil karena masyarakat dunia belum menangkap visi pembangunan berkelanjutan sebagai sarana untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan tetapi justru sebagai penghambat untuk pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya alam. Kemiskinan masyarakat dunia ketiga dan kaum kapitalis juga berpengaruh terhadap perilaku dan sikap terhadap lingkungan hidup seperti yang dikatakan oleh Nafis Sadik Direktur Eksekutip United Nation Population Fund,1991 bahwa semua degradasi atau kerusakan lingkungan hidup dunia yang terjadi sekarang ini adalah orang-orang yang paling kaya dan yang kedua adalah orang-orang yang paling miskin. Kegagalan pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup di dunia saat ini diakibatkan oleh pandangan yang terpisah antara ekonomi dan agama. Pembangunan ekonomi seolah-olah tujuan utama dari kehidupan manusia yang ditandai dengan ukuran-ukuran ekonomi seperti pendapatan per kapita. Akibatnya adalah semua negara berkembang secara besar-besaran dengan mempertaruhkan sumberdaya alamnya untuk dieksploitasi guna mencapai pendapatan per kapita setinggi-tingginya tanpa mengabaikan kerusakan sumberdaya alam yang ada. Konsep pembangunan ekonomi yang berkelanjutan hanyalah sebatas konsep yang jauh dari kenyataan karena pembangunan ekonomi lebih dimenangkan dan pembangunan lingkungan cenderung dikalahkan. Banyak bukti yang menunjukan bahwa pembabatan hutan untuk industrialisasi, penambangan besar-besaran, tanpa diikuti penanaman kembali, industri yang tidak ada pengolah limbahnya, tetapi tidak pernah ada hukum yang tegas menyatakan mereka bersalah. Tetapi mereka masih dianggap sebagai orang-orang yang menyumbang terjadinya pendapatan per kapita walaupun dalam jangka panjang justru perilaku tersebut akan banyak membawa bencana alam. Keringnya sikap keagamaan dalam pembangunan ekonomi mempunyai andil besar terjadinya kerusakan lingkungan hidup saat ini, bukankah Agama Islam telah mengatur semua perilaku manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam untuk kemakmuran masyarakat melalui ayat-ayat Alquran seperti yang telah dikutip di atas. Pembangunan ekonomi yang hanya bertumpu pada pertumbuhan tanpa diikuti prinsip-prinsip religius maka dalam jangka panjang hanya akan membawa bencana besar bagi umat manusia dimuka bumi ini. (Lihat kasus bencana alam yang terjadi saat ini). Jadi kegagalan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diakibatkan oleh kelalaian umat manusia tidak memasukan memasukan agama sebagai pedoman utama dalam pembangunan ekonomi tetapi hanya mengejar pertumbuhan pendapatan semata. Melihat fenomena tersebut umat Islam harus bangkit dan menjadi pelopor pembangunan ekonomi yang didasarkan pada Agama guna mencegah kerusakan lingkungan dimuka bumi ini.

5. BAGAIMANA PERAN UMAT ISLAM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Secara demografis jumlah umat Islam relatif cukup besar yaitu sekitar 1,5 milyard dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, umat islam mempunyai potensi yang besar dalam penyelamatan lingkungan. Apabila umat Islam secara konsisten melaksanakan ajaran Alquran seperti yang telah disampaikan diatas maka kerusakan lingkungan akan dapat diminimalisir. Oleh karena itu gerakan umat Islam untuk mengatasi krisis lingkungan dapat dimulai dari budaya di tingkat kelurga, organisasi pemerintah, lembaga keagamaan, partai politik, Pondok pesantren, Perguruan tinggi, Sekolah dasar sampai menengah atas. Indonesia dan Malaysia mempunyai karakteristik yang hampir sama yaitu; ekonomi negara bertumpu pada sumberdaya alam dengan jumlah umat Islam paling besar. Jumlah umat Islam yang besar merupakan modal yang besar untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan syarat umat Islam harus memahami dan mengetahui konsep-konsep Islam tentang hubungan antara pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup serta melakukannya dalam tindakan riil dalam kehidupan sehari- hari. Kalau saja ada komitmen dari seluruh umat Islam di dunia dalam setiap tahun , tiap orang menanam pohon maka di dunia ini akan terjadi penambahan pohon baru sekitar satu setengah milyar tiap tahunnya. Gerakan tersebut selama enam tahun akan menghasilkan pohon baru sejumlah 9 milyar dan akan menyamai jumlah penduduk dunia. Langkah ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup dunia. Penanaman pohon dapat dikosentrasikan pada lahan kritis, lahan–lahan kosong di rumah tangga atau fasilitas umum. Jenis pohon dapat diupayakan pohon produktif sehingga dapat menunjang ekonomi masyarakat. Dilihat dari segi pekerjaan dan jabatan umat Islam mempunyai pekerjaan dan jabatan yang sangat variatif, diharapkan setiap orang mempunyai komitmen jabatannya untuk selalu menjunjung nilai-nilai lingkungan hidup sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan hidup yang didasarkan pada ajaran Islam. Misalnya kalau seorang pemimpin yang beragama Islam wajib membuat suatu kebijakan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan,seorang guru wajib mensosialisasikan progam-progam pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan kepada murid-muridnya,seorang dosen harus mengajarkan fungsi-fungsi lingkungan hidup dalam pembangunan ekonomi, seorang Kyai di Pondok Pesantren harus juga mengajarkan materi-materi ekonomi dan lingkungan hidup kepada santrinya. Seorang petani harus bercocok tanam sesuai dengan prinsip–prinsip kelestarian lingkungan hidup, Seorang industriawan selalu menyisihkan biaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan biaya konservasi terhadap sumberdaya alam baik yang bisa diperbaharui maupun yang tidak bisa diperbaharui. Pada prinsipnya setiap umat Islam dari segala lapisan masyarakat harus berperan aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan bidang pekerjaannya atau sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing yang didasarkan pada ajaran Islam.Hal serupa pernah dilontarkan dalam pertemuan pemimpin Agama dan sains yang disebut Joint Appeal by Relagion and science for the Environment di Washington DC Amerika Serikat mengatakan bahwa sains dan Agama dapat dapat bekerjasama untuk mengurangi dampak yang berarti resolusi atas krisis lingkungan yang terjadi di bumi . Meskipun kesadaran pemimpin Agama sudah menyadari akan pentingnya lingkungan hidup ,gerakan umat Islam untuk mengkampanyekan perbaikan lingkungan amatlah sangat penting saat ini.

6. TANTANGAN UMAT ISLAM DALAM GLOBALISASI EKONOMI
Untuk mewujudkan peranan umat Islam dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi ,(1)tantangan ekonomi global yang sangat berpihak pada kapital dan tehnologi, (2) Munculnya perusahaan multi internasional yang berbasiskan sumberdaya alam sering memperdaya masyarakat negara berkembang khususnya umat Islam yang kehidupannya sangat tergantung pada sumberdaya alam. Gempuran ekonomi global harus diwaspadai sebagai politik dagang negara-negara maju untuk memperluas pasar produk- produk mereka. Akibat ambisius negara industri dalam memepercepat pertumbuhan ekonomi ,mereka sering melanggar etika-dengan menekan negara berkembang untuk selalu melindungi lingkungan hidup padahal merekalah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi dunia. Selayaknya mereka juga harus ikut bertanggung jawab terjadinya kerusakan lingkungamn hidup dunia saat ini. Berangkat dari tantangan tersebut umat Islam mempunyai sikap yang tegas untuk menyikapi nya; antara lain belajar ilmu pengetahuan dan tehnologi, mensosialisasikan konsep-konsep islam dalam pemanfaatan lingkungan pada seluruh umat Islam maupun masyarakat non Islam di seluruh dunia bahwa pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Didalam pemanfatan sumberdaya alam tidak boleh merusak tetapi harus dipelihara dan digunakan untuk kemakmuran masyarakat.. Kita tunjukan Islam telah lebih dulu membuat konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan dibandingkan konsep PBB tentang pembangunan berkelnjutan yang lahir saat tanda-tanda kerusakan lingkungan dunia mulai dirasakan . Segera menghentikan tindakan–tindakan pembangunan ekonomi yang merusak atau mengeksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan. Menyerukan kepada seluruh pemimpin umat Islam di dunia untuk segera mengevaluasi kebijakan pembangunan ekonominya, dan segera melaksanakan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan dengan dasar ajaran Islam. Memperingatkan negara indutri untuk menyisihkan sebagian pendapatannya guna mengatasi krisis lingkungan di negara-negara berkembang.

7. PENUTUP
Seiring dengan merosotnya kualitas lingkungan hidup saat ini Indonesia dan Malaysia sebagai negara yang serumpun dan mempunyai karakteristik yang sama, dapat secara bersama dan bergandengan tangan untuk berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah dengan cara menerapkan konsep Islam dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dengan menerapkan konsep Islam dalam pembangunan ekonomi dan pengelolaan lingkungan hidup, mudah-mudahan akan tercipta kawasan yang hijau damai di seluruh Nusantara dan seluruh jagad dunia aminn. Daftar Rujukan Effendy A. Sumardja, Pembangunan Berkelanjutan Tantangan dan Peluang, Dalam Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, Penerbit Jurnal Pusat Study Lingkungan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia, Volume 24, Nomor 2, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Komisi Pembangunan dan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Hari Depan Kita Bersama,Penerbit PT Gramedia Jakarta,1987 Harun Yahya , Islam Agama Yang Berkembang Paling Pesat di Eropa, http://www.google.com Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta,1998. Yusmin Alim, Lingkungan dan Kadar Iman Kita, http://www.google.com Yusmin Alim , Lingkungan dan Aksioma Kerakusan Kita, http://www. google.com ....................., Kontribusi Al Quran pada Lingkungan Hidup, http://www google.com Harian Kompas Selasa, 2 Juli 2007, Perubahan Iklim Mengancam Kesehatan Umat Manusia Oleh : Murgianto Dosen Fakultas Ekonomi & Peneliti Untag Surabaya

Peranan umat islam dalam social budaya masyarakat di iandonesia
PengantarLembaran sejarah manusia dipenuhi oleh perseteruan antara orang-orang yang berbuat kebaikan dengan pelaku kejahatan. Perusak keseimbangan itu terdiri dari orang atau kelompok yang mengedepankan kepuasan sementaranya ketimbang nilai-nilai luhur. Sementara itu, pribadi-pribadi mulia selalu berdiri di hadapan mereka, melawan segala bentuk penindasan dan bahkan membebaskan masyarakat yang berada dalam cengkeraman mereka.HTML clipboard

Pribadi mulia tersebut adalah para utusan Allah Swt yang menjadi pembawa pesan Ilahi. Mereka menghidayahi kaumnya untuk dapat sampai pada jalan yang dikehendaki Sang Khalik, yaitu kesempurnaan insan sebagai tujuan dari penciptaan-Nya. Demikian pula Sang Nabi terakhir Muhammad Saww, telah menghidayahi umat Islam hingga teraktualnya potensi masyarakat pada zamannya. Kemudian peran ini diteruskan oleh para Imam Ma’shum di setiap masa sampai pada pelaksana ke-Imamahan terakhir. Sang Juru Selamat yang dinantikan seluruh makhluk di langit dan di bumi, Imam Al-Mahdi as Shahib az-Zaman. Pemimpin yang memberi petunjuk seluruh kaum untuk mewujudkan segala sistem dan hukum Allah Swt di alam semesta.

Umat Islam telah mengalami berbagai kemajuan dan perkembangan secara material dan spiritual. Jumlahnya pemeluknya dari hari ke hari semakin bertambah. Dari waktu ke waktu sejumlah orang memeluk agama yang berlandaskan pada akal dan fitrah asli manusia. Sejalan dengan itu, nilai-nilai agung yang menjadi seruan Islam termanifestasi dalam gerakannya. Sejarah manusia kembali terulang, para musuh kebenaran tidak akan tinggal diam menyaksikan semua itu. Karena, kedudukan mereka akan terancam jika saja seluruh umat paham dan tercerahkan akan makna keadilan. Sebuah kata kunci yang ada pada benak penganut Islam sejati.

Rumusan Masalah:
Indonesia sebagai negara berpenduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia, tidak lepas dari ancaman sasaran para musuh risalah Allah Swt. Revolusi fisik masa pra kemerdekaan cukup menjadi rujukan untuk hal tersebut. Para penjajah asing telah memanfaatkan politik memecah belah bangsa Indonesia untuk dapat menguasai negara ini. Namun kembali dengan semangat persatuan dan motivasi religius yang dimiliki anak negeri, Indonesia berhasil mengusir penjajah dari tanah air. Hari ini, dengan penjajahan model baru tangan-tangan musuh masih saja terus berusaha untuk mencengkeram Negara Indonesia. Musuh akan berusaha melemahkan bangsa sehingga terus menerus tergantung dan tunduk patuh kepadanya.
Berangkat dari kesadaran akan kondisi tersebut, upaya untuk mengembalikan martabat dan kekuatan yang telah dibuktikan oleh pejuang dan pendiri Negara merupakan hal yang penting hari ini. Kekuatan bangsa yang digali dan bersumber dari budaya asli negeri kepulauan ini. Bangsa Indonesia memiliki seruan terkenal yang telah menjadi dasar pergerakan di masa sebelumnya, yaitu: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.

Tujuan Penulisan
Upaya dan partisipasi aktif dari masyarakat merupakan modal besar yang dimiliki bangsa untuk dapat kembali menjadi bangsa yang mandiri. Bangsa Indonesia terbiasa dan terlatih untuk berperan secara swadaya dalam pembangunan baik secara materi maupun spiritual. Lebih dari itu, adanya sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat mewadahi hal tersebut secara terorganisir. Maka dengan memanfaatkan keberadaan lembaga tersebut, upaya memaksimalkan persatuan umat Islam yang mengejawantah dalam persatuan bangsa dapat digagas sebagai poros dari gerakan Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia. Selanjutnya tertuangkan dalam aksi dan program kerja yang terencana dan terukur.
Seruan persatuan sejalan dengan keinginan luhur dan fitrah manusia. Seruan persatuan yang bersumber dari Risalah Ilahi. Persatuan dan larangan untuk terpecah belah merupakan aturan Allah Swt yang ada dalam kitab-Nya. Baginda Nabi Muhammad Saww dan para Imam Ma’shum as juga telah menasihatkan sekaligus mencontohkan perilaku tersebut.
Persatuan yang telah menjadi urgensi bagi umat Islam hari ini. Persatuan yang diserukan oleh para ulama-ulama Islam dari berbagai mahzab seperti: Imam Khomeini (rahmat Allah baginya) dan guru beliau Ayatollah Burujerdi ra, Sayid Jamaluddin Al-Aghani, Syaikh Syaltut dan cendekiawan muslim yang mengikuti seruan akal. Persatuan umat Islam yang digambarkan oleh Rahbar Sang Pemimpin Umat Islam, Ayatullah Ali Khamene’i sebagai : “Kalimah at-Tauhid dan Tauhid al-Kalimah”(1).

Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga swadaya masyarakat dapat didefenisikan sebagai sebuah organisai yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan memperoleh keuntungan (2).
Lembaga swadaya masyarakat yang biasa disingkat menjadi LSM, disebut juga sebagai Organisasi Non-Pemerintah (Ornop). Secara internasional lembaga ini disebut sebagai Non-Government Organisation (NGO). Laporan PBB tahun 1998 menyatakan terdapat 29.000 NGO internasional yang kebanyakan dibentuk sejak 30 tahun terakhir (3). Keberadaan LSM memiliki sejarah dan latar belakang sendiri, sejalan dengan bentuk dari lembaga tersebut.
Secara umum bentuk organisasi dari LSM dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1. Lembaga donor yang mengumpulkan dana untuk dapat disalurkan kepada lembaga dan masyarakat yang membutuhkan.

2. Lembaga mitra pemerintah; lembaga ini bekerja sama dengan pemerintah dalam menjalankan program-program pemerintah. Dana yang digunakan bisa berasal dari pemerintah atau dari lembaga donor lainnya.

3. Lembaga profesional yang bekerja berdasarkan satu isu berkaitan dengan profesi tertentu, misalnya: kesehatan, ekonomi dan lainnya.

4. Lembaga oposisi yang menjadi oposisi pemerintahan dan mengkritik kebijakan pemerintah dan menjalankan program berdasarkan kritik tersebut atau alternatif lainnya (4).
Peran dan Aktivitas LSMBerdasarkan UU No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan (5), maka keberadaan lembaga swadaya masyarakat di Indonesia mendapat pengakuan secara resmi oleh pemerintah dimana LSM dikategorikan sebagai yayasan.

Lembaga swadaya masyarakat di Indonesia memiliki akar sejarah dan turut andil dalam perjalanan bangsa. Secara khusus gerakan LSM perempuan dapat dibagi pada empat gelombang (6) :

Sejak akhir abad 19 hingga awal abad 20 yang ditandai dengan aktifnya perempuan sejalan dengan isu dan gerakan yang ada pada masa tersebut.
Sejak akhir tahun 1920 hingga 1950 yang ditandai dengan terbentuknya beberapa organisasi perempuan seperti Aisiyah Muhammadiyah dan Fathayat NU.
Sejak tahun 1960 hingga tahun 1980 yang ditandai dengan isu persamaan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang.

Sejak tahun 1990 hingga hari ini yang mengedepankan isu hak-hak perempuan dimana gerakan ini selain dilakukan oleh lembaga dan organisasi juga telah menjadi isu sentral pada masyarakat umum.
Aktivitas LSM menyentuh berbagai lapisan masyarakat dan dilakukan dengan metode yang tepat sasaran. Selain itu studi kebijakan, kritik dan aksi yang dilakukan terhadap pemerintah menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Proses ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan hasil Konferensi Beijing tahun 1995, disahkannya Undang-undang Kekerasan dalam Rumah Tangga dan seterusnya merupakan beberapa contoh dari hal itu. Bahkan gerakan perempuan memiliki hubungan kerjasama yang kuat baik secara nasional maupun internasional.
Defenisi Umat
IslamUmat Islam juga bisa dinyatakan sebagai sekumpulan masyarakat yang mengakui dan menerima ajaran Islam sebagai ideologi dan agama yang memberikan kemenangan dari sisi materi dan secara spiritual (7).
Pemahaman Persatuan Umat IslamKata yang digunakan dalam bahasa Arab adalah .وحده Dalam kamus Al-Munawwir kata ini berarti persatuan. Persatuan yang dimaksud dalam hal ini adalah persatuan yang rasional, bukan persatuan yang menafikan erbedaan secara mutlak atau pun persatuan semu yang hanya dimunculkan sebagai strategi untuk meraih kepentingan sesaat.
Menurut Mutsaqi (1375 Hs) persatuan yang rasional dalam koridor persatuan umat Islam adalah menjadikan seluruh narasi ajaran Islam sebagai keyakinan kaum muslimin dengan mengenyampingkan pendapat dan keyakinan pribadi, budaya lokal serta pendapat khusus sesuai denga seluruh sumber ajaran agama dalam kaitannya dengan pemikiran dan ijtihad. Hal ini berarti tidak menyertakan pandangan dan pendapat pribadi atau budaya khusus dalam penafsiran nilai dan ajaran agama. Maka persatuan yang demikian akan dipahami oleh pemikir Islam dengan merujuk kepada referensi awal Islam dan sunnah Nabi Saww dan para Imam as bahwa mengikuti dan menaati seluruh ajaran agama merupakan hal yang penting.
Syahid Muthahari (1429 Hs) menyatakan bahwa menjaga persatuan merupakan salah satu dari tujuan Islam. Dimana untuk mewujudkan hal tersebut umat Islam harus berusaha semaksimal mungkin.

Rasulullah Saww dalam strategi dan pola dakwahnya telah menjadikan persatuan umat sebagai modal utama kesuksesan. Persatuan umat yang direkatkan oleh rasa kasih sayang antara sesama umat yang telah disatukan dalam persaudaraan. Ayatullah Syirazi dalam tafsir Nemunah mengutip beberapa pendapat para ahli dari barat menyatakan bahwa bangsa Arab telah keluar dari persoalan kelaparan dan kemiskinan dengan nilai persatuan yang dibawa Rasulullah Muhammad Saww. Selanjutnya Nabi Mulia Saww mengisyaratkan pentingnya persatuan tersebut untuk masa depan umat. Persatuan yang menurut Gustave le Bon sebagai faktor penting dalam kelestarian dan keberlangsungan suatu umat.
Persatuan Islam dalam Al-Qur’anBeberapa ayat dalam kitab suci Al-Qur’an mengisyaratkan pada aturan untuk menciptakan dan menjaga persatuan umat baik secara langsung atau sebaliknya. Dalam surat Ali Imran ayat 103 Allah Swt berfirman:“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai,…”(8).
Allamah Thabathaba’i dalam tafsir Al-Mizan menyatakan bahwa ayat tersebut di atas merupakan aturan atau hukum yang mengikat masyarakat sosial, dengan 2 dalil sebagai berikut:Digunakannya kata جمیعا pada ayat ini yang dalam kamus Arab-Indonesia berarti kumpulan .Bentuk jamak pada kata ganti orang ketiga dalam kalimat ولا تفرقوا dalam kamus Arab-Indoesia yang bermakana janganlah kalian berpecah belah.

Selanjutnya tafsir penting dari ayat ini adalah aturan untuk berpegang teguh اعتصموا yang berarti mencari perlindungan (Kamus Arab-Indonesia, Munawwir) kepada حبل yang dalam kamus Munawwir diartikan sebagai tali.
Dalam tafsir al-Mizan Allamah Thabathaba’I menyatakan bahwa berpegang pada tali Allah Swt yang dianjurkan dalam ayat mulia tersebut adalah berpegang kepada ayat Ilahi dan Rasul-Nya sama dengan berpegang dan mencari perlindungan kepada Allah Swt. Dimana berpegang pada tali Allah Swt merupakan penghubung antara hamba dengan Tuhannya yang mengantarkan pada terpautnya langit dan bumi.

Marhum Thabarsi dalam tafsir Majma’ al-Bayan pada ayat tersebut menjelaskan; setelah menyeru kepada takwa dan membersihkan diri, seruan dilanjutkan kepada persatuan yang berlandaskan persaudaraan dimana Sang Khalik menyebutkan kunci dari kesuksesan dan keberhasilan adalah persatuan. Selanjutnya beliau mengutip beberapa pendapat yang berkaitan dengan tafsir kata حبل yang digunakan sebagai berikut:1. Sebagian kelompok menyatakan Al-Qur’an al-Karim.2. Kelompok lainnya menyatakan maksud dari tali Allah Swt adalah Islam.3. Menukil dari beberapa riwayat, dinyatakan bahwa para Imam Suci adalah yang dimaksud sebagai tali Allah Swt.

Dari beberapa pendapat yang ada, selanjutnya Marhum Tabarsi menyatakan bahwa seluruh pendapat yang ada bisa diterima dan dipahami sebagai pesan yang ada pada ayat suci tersebut. Beliau mengutip hadis Rasulullah Saww yang termaktub dalam Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3 halaman 26 yang bermakna sebagai berikut: “Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian dua tali yang jika kalian mengambilnya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya setelah aku. Salah satu yang terbesar dari keduanya adalah Al-Qur’an yang membentang antara langit dan bumi. Sedangkan yang satunya lagi adalah keluargaku, ahlul baitku… .

Persatuan Islam dalam SunnahRasulullah Saww adalah contoh teladan seluruh umat dalam segala hal. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya telah ada bagi kalian contoh teladan yang utama pada diri Rasulullah…”. Perubahan dan pencerahan terbesar sepanjang sejarah Arab yang telah secara gemilang Beliau Saww lakukan dicatat dengan tinta emas di kitab mulia Al-Qur’an. Pengukuhan persatuan dengan mengikat tali persaudaraan dalam ikrar janji antara kaum Muhajirin dan Anshar pada awal masa hijrah Beliau Saww menyampaikan pesan kepada kita bahwa kasih sayang dan cinta bisa dikondisikan dalam relasi yang ada. Ikrar dan janji persaudaraan menimbulkan perasaan satu nasab dan keturunan yang merupakan ikatan terkuat dalam seluruh bentuk relasi manusia. Seruan bahwa seluruh umat Islam adalah bersaudara yang terdapat dalam Al-Qur’an telah diwujudkan dalam upaya dakwah Rasulullah Saww dengan terhapusnya permusuhan sengit antara kaum Aus dan Khajraz di Madinah.
Ayatullah Syirazi dalam Tafsir Nemunah mengutip hadis Rasulullah Saww yang terdapat pada kitab Jami’ul Akhbar: “Seorang mukmin bagi mukmin lainnya layaknya sebuah bangunan dimana yang satu menguatkan yang lainnya”. Demikian pula Marhum Thabarsi dalam Tafsir Majma al-Bayan mengutip hadis Rasulullah Saww: “Kaum mukmin bagaikan satu tubuh”.
Syahid Muthahari (1469 Hs) mengutip hadis Rasulullah Saww berkaitan dengan persatuan Islam: “Tiga hal yang tidak akan menyebabkan kegoncangan dalam urusan kaum muslimin yaitu; tidak berkhianat, ikhlas dalam beramal dan menginginkan kebaikan bagi pemimpin kaum muslimin serta mementingkan berada dalam masyarakat Islam”. Disebutkan bahwa hadis ini disampaikan pada waktu Belias Saww melakukan Haji Wada’ dan beberapa tempat lainnya.
Bahkan hingga detik-detik akhir kehidupan mulianya, Rasulullah Saww terus memikirkan keadaan umat dimasa depan. Kegelisahan Beliau Saww adalah kekhawatiran akan terjadinya perpecahan pada umat Islam. Seorang pribadi mulia dan agung yang memiliki kedudukan tinggi, tentunya memikirkan hal yang besar dan penting pula diakhir hayatnya. Saat ini, sampai ke hadapan kita tentang pemikiran Rasulullah Saww akan umatnya dikemudian hari. Pemikiran itu adalah persatuan.

Imam Ali as dan Persatuan UmatAmirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as sebagai pribadi yang terdidik dan dibesarkan dalam cahaya kenabian Rasulullah Saww tentunya telah menjadi orang yang paling utama setelah Sang Nabi Saww sendiri dalam mengetahui sunnah Nabi Saww. Maka pasca wafatnya Rasul Mulia Saww, Imam Ali as adalah insane yang paling layak bagi kita untuk merujuk dalam setiap sendi kehidupan, demikian pula bahasan persatuan umat. Kepribadian Islam dan akhlak al-Qur’an yang tercermin dalam perkataan dan perilaku Sang Imam as. Pantulan cahaya nurani Beliau as dan mengambil manfaat dari sinar itu sama nilainya dengan berjalan pada tapak Nabi Muhammad Saww.

Imam Ali as telah mempersembahkan sebagian dari masa kehidupannya untuk persatuan dan keselamatan umat Nabi Saww. Hak kekhalifahann Beliau as yang terampas harus dibayar dengan diam untuk harga persatuan umat Islam. Tidak hanya pada masa satu orang khalifah, tapi tiga masa kekhalifan. Bahkan selama lebih dari 20 tahun, salinan lengkap atas tafsir dan penjelasan Al-Quran oleh Rasulullah Saww yang ada di tangan Beliau as tidak mendapat legitimasi penguasa pada zaman itu. Amirul Mukminin as yang mengetahui seluruh ajaran Islam dimanfaatkan penguasa dalam kondisi terdesaknya yang bertujuan menguatkan tahta yang telah berhasil diraih. Pada akhir kehidupan mulianya, sama seperti Rasulullah Saww, dari 20 hal yang diwasiatkan oleh Imam Ali as salah satunya berisikan tentang persatuan Islam.
Khutbah 147 Amirul Mukminin Ali as dalam Nahjul Balaghah mengandung pesan larangan kepada kaum muslimin untuk berpecah dalam agama dan menjauhkan diri dari tindakan pengasingan diri dari aktivitas dan kehidupan sosial. Meskipin dalam kehidupan sosial harus menanggung kesulitan, namun menjauhinya merupakan sebuah aib dan keburukan. Kehidupan sosial adalah lebih baik daripada perpecahan dalam keadaan tersesat.

Khutbah 127 Amirul Mukminin as dalam Nahjul Balaghah menyatakan bahwa orang yang hidup mengasingkan diri lebih mudah tertipu dan terpedaya oleh bisikan syaithan seperti seekor domba yang terpisah dari domba-domba lainnya kemudian terperangkap oleh kelicikan beruang. Mutsaqi (1375 Hs) dalam bahasan khutbah ini menyatakan bahwa Imam Ali as bahkan mengancam orang-orang yang bekerja untuk memecah belah umat dengan ancaman hukuman mati. Amirul Mukminin as bersandar pada ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa fitnah lebih buruk dari pembunuhan.

LSM Perempuan dan Persatuan Umat Islam
Batasan dari LSM Perempuan berarti lembaga swadaya masyarakat yang mengusung isu perempuan dalam program-kerja kerjanya. Sasaran dan target kegiatan tidak hanya dibatasi pada perempuan, meski lebih cenderung pada upaya penguatan dan pendampingan perempuan. Komunitas perempuan yang merupakan setengah dari populasi penduduk meruapakan arena dan medan yang sangat luas jika dengan perhitungan terjangkaunya setiap lapisan dari mereka dalam aksi dan gerakan.

Dr. Fard (1384 Hs) mengklasifikasikan keberadaan LSM Perempuan di dunia Islam dalam 3 kelompok yaitu:
1. Kelompok yang terinspirasi penuh akan isu-isu persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan dalam konsep barat yang disuarakan oleh kelompok feminis.
2. Kelompok yang menentang berbagai konvensi persamaan hak yang disuarakan dan diperjuangkan oleh kelompok sebelumnya.
3. Kelompok yang beraktivitas tanpa mempedulikan hiruk-pikuk isu kesetaraan dan keadilan gender.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, hari ini LSM memiliki peluang dan kesempatan besar dalam segala aktivitasnya. Keberadaan dan program kerja LSM menyentuh aspek formal dan informal dalam masyarakat. Rancangan sistem kerja aktif dari pekerja sosial di LSM memungkinkan terjangkaunya seluruh lapisan masyarakat. Sistem kerja dan prosedur yang sederhana terbukti lebih efisien dalam meraih sasaran.

Secara struktural, keberadaan lembaga ini memiliki legitimasi yang keberadaannya memiliki posisi tawar yang baik di pemerintahan Republik Indonesia hari ini. Bahkan dalam ranah kebijakan Negara, seperti pembentukan dan pengesahan Undang-undang, Peraturan Daerah atau beberapa program lainnya, peluang bagi LSM tidak lagi tertutup. Kerja sama atau peran pemantau bahkan penyediaan draft untuk kebijakan dan program kerja telah berjalan dengan baik.

Maka untuk membumikan salah satu ajaran agama yang memiliki manfaat bagi seluruh bangsa, kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat atau membentuk lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentrasi pada isu persatuan adalah sebuah peluang besar yang memiliki nilai positif.

LSM sebagai salah satu modal yang dimiliki bangsa dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan dan memaksimalkan persatuan umat Islam di Indonesia. Untuk kemudian dari gerakan lokal menjadi gerakan nasional yang juga seiring dengan gerakan internasional umat Islam di dunia. Sebuah keseimbangan antara ide pemikiran dengan aksi dan tindakan dalam menyambut seruan dari ulama-ulama Islam yang setia pada seruan dan risalah Nabi Saww. Menuju pada kematangan dan kesempurnaan masyarakat dalam persiapan masa pemerintahan Islam dunia.
Kesimpulan dan SaranPersatuan umat Islam yang hari ini menjadi urgensi atas persoalan yang menimpa umat Islam juga merupakan urgensi bangsa Indonesia mengingat bahwa 97% dari bangsa yang berpenduduk 224 juta lebih ini adalah pemeluk agama Islam. Lebih dari itu, persatuan umat merupakan urgensi bangsa sebagai kekuatan untuk menjaga martabat bangsa dan kelangsungannya. Persatuan umat yang telah menjadi modal dasar dalam meraih kemerdekaan harus kembali diserukan sebagai tolok ukur dalam kebijakan dan aktivitas pemerintah, masyarakat dan swasta.
Peluang yang bisa ambil dari keberadaan LSM Perempuan di Indonesia salah satunya adalah dengan memanfaatkan keberadaan lembaga-lembaga yang eksis hari ini. Dengan melakukan transformasi konsep persatuan umat Islam terhadap lembaga-lembaga yang ada dengan harapan nantinya akan tertuang dalam aktivitas dan gerakan mereka.
Mendirikan lembaga-lembaga swadaya baru yang berfokus pada isu persatuan umat dengan berbagai kegiatan yang bersifat sosial, politik dan budaya. Menyuarakan isu persatuan ke berbagai lapisan dan usia secara formal dan informal. Melakukan dialog-dialog dan pertemuan serta pelatihan dalam paying konsep persatuan Islam yang ada dalam kitab Ilahi serta Sunnah Nabi Saw.

Hal yang tidak kalah penting adalah menjadikan diri kita pribadi sebagai individu yang mengedepankan persatuan dan kepentingan umat Islam atas lainnya layaknya mengutamakan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam setiap sisi kehidupan. Pribadi yang penuh dengan kasih saying terhadap saudara serta sesame dengan landasan kecintaan terhadap tali Allah Swt, yaitu Al-Qur’an dan keluarga Nabi Muhammad Saww. Kecintaan terhadap orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt dalam pemikiran, sikap dan perilaku. Kecintaan dalam penantian kemunculan Sang Hujjah Allah Swt, Al- Mahdi untuk menjalankan ketaatan terhadap perintah Sang Khalik. Ketaatan yang didasari kesadaran dan rasionalitas dalam beragama.[]